Sebanyak 29 delegasi dari negara Sudan berkunjung ke Aceh untuk belajar proses perdamaian antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sehingga mengakhiri konflik berkepanjangan di daerah tersebut.
“Kami ingin belajar proses perdamaian di Aceh, karena banyak hal yang bisa diadopsi seperti kesepakatan bersama antara Pemerintah Indonesia dengan GAM, sehingga lahirnya MoU Helsinki,” kata Wakil Gubernur Negara Bagian Kordofan, Sudan, Abdul Aziz Adam Alhilo di Banda Aceh, Minggu.
Pernyataan tersebut disampaikan pada acara pertemuan delegasi dari dua negara bagian tengah Sudan yaitu Kordofan dan Blue Nile, dengan sejumlah elemen dan unsur Pemerintah Aceh seperti Karo Humas Setda Aceh A Hamid Zein, Ketua Harian BRA Nur Djuli, T Kamuruzzaman dan Anggota DPR Aceh Abdullah Saleh.
Menurut dia, persoalan yang terjadi di Sudan, adalah konflik antara Pemerintah pusat dengan negara bagian untuk memperjuangkan kesejahteraan bagi rakyat. Konflik di Kordofan dan Blue Nile telah berlangsung sejak dua puluh tahun dan berakhir pada 2005 setelah adanya kesepakatan bersama, untuk mengakhiri konflik.
“Kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri konflik dan membuat kesepakatan bersama seperti pembagian hasil dua persen bagi daerah tersebut dengan pemerintah pusat,” kata Wagub Kordofan.
Kesepakatan tersebut harus juga disepakati oleh seluruh warga negara di kedua daerah tersebut, sehingga apa yang diharapkan seperti peningkatan ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan bagi warga negara dapat terwujud. “Kalau masyarakat tidak sepakat, maka kami akan melakukan perundingan lagi dengan pemerintah yang kami rencanakan pada 2011,” jelasnya. (*an/ha
No comments:
Post a Comment